Iklan

Minggu, 25 Mei 2025, Mei 25, 2025 WIB | Dibaca: 0 kali
Last Updated 2025-05-25T10:36:58Z

Ketika Pena Tunduk pada Langit, H. Junaidi dan Etika Jurnalisme

Advertisement




BhirawaNews.com||Malang,Di ruang redaksi BhirawaNews Malang Raya, H. Junaidi berdiri bukan hanya sebagai kepala biro, tapi sebagai penjaga nilai. Ia dikenal luas sebagai jurnalis senior yang memadukan ketajaman nalar dengan keimanan yang kokoh. Ia tidak banyak bicara soal integritas, tapi setiap keputusannya mencerminkan keberpihakan yang jelas: kebenaran.


Di mejanya, tak ada dekorasi berlebihan. Hanya koran yang terbuka, buku catatan, dan secarik kertas berisi kutipan yang terus ia jaga, “Katakanlah yang benar, walau pahit.” Bagi Junaidi, jurnalisme bukan sekadar profesi. Ini amanah, dan setiap kalimat adalah pertanggungjawaban.


Ia menolak menjadi bagian dari permainan gelap. Beberapa pejabat daerah pernah mencoba menawarkan sesuatu untuknya, tapi yang mereka temui justru ketegasan yang dingin. “Kebenaran tidak dijual,” katanya, pendek, tanpa emosi.


Junaidi tak suka sorotan. Tapi ia tak gentar berdiri di medan lapangan yang kotor. Ia tahu, jika wartawan takut, maka kezaliman akan tumbuh subur. Maka ia memilih jalan sunyi, menulis dengan jujur, menyampaikan dengan adil.


Tak sedikit yang menyebutnya “wartawan yang sujud.” Karena di sela tugas, ia selalu menjaga waktu, menepi untuk shalat meski hanya di pojok pasar atau di belakang kantor polisi. “Kalau ingin tulisan kita didengar bumi, pastikan dulu ia dicatat langit,” ujarnya kepada rekan-rekan mudanya.


H. Junaidi membuktikan, bahwa jurnalisme yang tegas tak harus meninggalkan nilai. Dan spiritualitas tak selalu dibalut simbol, ia hadir dalam keputusan, keberanian, dan sikap. Ia adalah bukti bahwa pena bisa menjadi alat perjuangan, selama diarahkan oleh hati yang bersih dan akal yang jernih. (Jun)