Advertisement
BhirawaNews.com||Sidoarjo, Hari ini, minggu (15/6/2025) waktu tak sekadar berjalan. Ia bergetar, di jantung Taman, Sidoarjo, dua insan, Puspita Sari dan Agus Mujab Fahmi, melangkah ke altar kehidupan, bukan sebagai dua nama yang dikenal, tetapi sebagai dua jiwa yang akhirnya berpulang pada satu takdir.
Bertempat di Gedung Rayon PSHT Sepanjang, pernikahan mereka tidak hanya menjadi acara keluarga. Ia menjelma peristiwa. Suatu hari yang akan dikenang bukan karena gemerlap atau glamor, tapi karena keheningan batin yang terasa begitu dalam. Semua yang hadir sepakat: hari ini bukan hanya indah, tapi bernilai.
Tak ada batas waktu yang dikunci dalam undangan. Yang ada hanya satu kata: bebas.
Karena cinta sejati memang tidak pernah diatur jam. Ia hanya meminta kesediaan untuk hadir, menyaksikan, dan mendoakan. Dan mereka yang datang, datang bukan karena kewajiban—tapi karena ingin menjadi bagian dari sejarah kecil yang kelak akan dibicarakan dengan senyum.
Puspita, putri dari Didik Saidi & Fransiska Sappu.
Fahmi, putra dari Imam Aysari & Mahsusiyah.
Bukan nama-nama biasa. Mereka adalah penjaga nilai dalam diam. Tanpa riuh, tanpa pamer, keduanya berjalan saling mendekat hingga akhirnya bertemu, lalu memilih untuk bersama, bukan karena harus, tapi karena siap.
Pernikahan ini bukan pertunjukan. Ia adalah pernyataan: bahwa cinta yang diperjuangkan dengan doa dan dikuatkan oleh restu, akan menemukan jalannya sendiri. Tidak perlu panggung tinggi, karena keagungan tidak selalu butuh sorotan.
Sidoarjo hari ini seperti bersyukur. Langit bersih, udara lembut, dan suasana penuh ketenangan. Seolah alam pun ikut memayungi ikrar yang baru saja diucapkan.
Dan saat mereka berdiri di depan para tamu, memandang satu sama lain, tak satu kata pun mampu menyaingi keheningan itu. Sebab dalam tatapan yang tulus, tersimpan ribuan kalimat yang tak bisa ditulis, tapi bisa dirasakan.
Inilah awal dari perjalanan panjang.
Bukan dongeng. Tapi nyata. Bukan sempurna. Tapi kuat.
Selamat kepada Puspita dan Fahmi.
Kalian tidak hanya menikah. Kalian telah menorehkan babak baru, di mana cinta tidak sekadar dirayakan, tetapi dihormati. (Arif)